tabloidpulsa.id – Freebuds merupakan lini produk audio Bluetooth dari Huawei. Setelah berhasil disajikan dalam desain earphone true wireless stereo alias TWS, Huawei mencoba masuk ke ceruk yang lebih tinggi dengan menampilkannya dalam bentuk headphone dan diberi nama Huawei Freebuds Studio.
Dibanderol dengan harga lumayan tinggi, sekitar 4 jutaan, Freebuds Studio berhadapan dengan sejumlah headphone dari produsen lain yang lebih dulu “bermain” di angka segini. Sekedar informasi, di situ ada satu produk yang sangat head to head dengan Freebuds Studio yakni Sony WH-1000XM4 yang juga baru saja dirilis beberapa bulan lalu, terutama jika dilihat dari harga dan teknologi yang ditawarkan.
Jika Anda seperti saya, tengah mencari headphone Bluetooth yang tepat di angka segitu, maka Anda pasti mengerti dengan permasalahan yang saya hadapi. Kita bisa dengan begitu mudahnya menemukan review Sony WH-1000XM4 ketimbang Huawei Freebuds Studio, dan atas dasar itulah mengapa saya berniat mencoba membuat satu review yang komprehensif, sehingga minimal Anda bisa membayangkan apa yang bisa anda dapatkan dari produk Huawei ini.
Desain
Freebuds Studio didesain dengan model headphone. Yakni membawa dua earcup berisikan driver besar, dengan material nyaman ketika dipakai yang dihubungkan oleh sebuah headband, juga dengan bantalan empuk.
Tidak membuat sakit baik telinga, maupun bagian kepala saat digunakan berlama-lama. Khas headphone premium. Meskipun di sisi mekanik engsel, Freebuds Studio cenderung terbatas.
Bagian engsel atau lengan di masing-masing earcup sedemikian rupa mampu beradaptasi dengan lekukan bentuk kepala samping setiap penggunanya. Memungkinkan earcup bersarang di telinga tanpa menghimpit kepala kita, namun juga tidak terlalu longgar sehingga bisa terlempar saat kita beraktivitas.

Tapi jangan digunakan sambil berlari-lari atau kegiatan ekstrim lainnya, deh. Karena memang tidak sekencang itu ketika digunakan.
Lalu ketika tidak digunakan, bagian earcup juga hanya bisa diputar ke satu arah. Fungsinya sih sepertinya hanya untuk penyimpanan saja ke case-nya, karena ketika kita putar saat diletakkan di leher, bagian earcup jadi menghadap ke atas alias terlentang.
Oh iya, dalam paket penjualan kita akan menemukan casing khusus untuk headphone ini. Berbahan premium, memberikan perlindungan yang baik, berukuran cukup besar, namun bisa diletakkan di tas atau ditenteng juga bisa.
Huawei Indonesia hanya menyediakan satu warna Freebuds Studio saja, yakni hitam. Meskipun sebenarnya ada dua warna yang dirilis secara global, yakni hitam dan emas. Bahkan saat tulisan ini dibuat, beberapa Huawei Official store di situs jual beli telah ditarik dari etalase. Biasanya karena sudah terserap oleh pasar, alias sold out.

Sekarang kita bahas bagian earcupnya. Dari sisi tampilan, kedua cup yang dibawa berhasil meyakinkan kita bahwa ini adalah produk premium. Bahan plastik keras dan bantalan telinga terlihat solid dan bukan bahan murahan.
Bagian driver berbahas plastik keras ini terdiri dari dua undakan. Undakan paling rendah berisi rongga mic ke arah luar dan undakan paling tinggi memuat beberapa tombol. Di sebelah kiri ada tombol ANC, sementara di sebelah kanan ada tombol power dan Bluetooth. Tombol-tombol ini diletakkan di bagian sisi undakan tersebut.
Sementara bagian permukaan undakan sebelah kanan, merupakan area sentuh untuk mengontrol media, fungsi telpon dan asisten suara. Akan kita bahas di bagian kontrol dan fitur.

Selanjutnya, bahan stainless kokoh menjadi penanggung jawab di bagian engsel kedua cup. Meyakinkan kita bahwa produk ini akan durabel, bertahan dalam setiap tekanan, bahkan ketika diletakkan nyempil di dalam tas kita.
Kontrol dan Fitur
Sebelum masuk lebih dalam membahas kemampuan apa saja yang dimiliki headphone ini, saya perlu mengingatkan bahwa Huawei Freebuds Studio merupakan percobaan pertama Huawei merilis produk headphone premium dengan desain dan teknologi seperti ini. Dan sebagai yang pertama, tentu saja ada hal-hal yang dirasa kurang pas, tapi kebanyakan bukan di sisi kualitas audio.
Selain harga, beberapa hal yang dirasa kurang dan dapat diperbaiki di versi selanjutnya banyak di sisi kontrol dan fitur. Sebagai preview saya bisa bilang di awal, bahwa noise cancelling di headphone ini sudah baik, tapi bukan itu yang menjadi alasan mengapa saya harus beli.

Ada satu fitur yang paling berguna untuk kebanyakan pengguna headphone Bluetooth. Minimal, itu yang saya butuhkan ketika menggunakan headphone dengan desain over ear seperti ini. Adalah mode awareness, yang memungkinkan kita bisa mendengar suasana di sekitar dengan baik, sama baiknya dengan fitur Noise Cancellation yang dimilikinya.
Biasanya, meski tanpa fitur Noise Cancellation pun, kemampuan mendengarkan suara sekitar sudah berkurang karena desain cup yang sengaja mengisolir kebisingan dari luar. Nah hadirnya mode awareness ini akan membantu kita ketika harus mendengarkan musik di ruang tunggu bandara misalnya, atau ketika menggunakannya sambil bercakap dengan orang lain.
Hadirnya Mic yang terpasang ke segala penjuru, selain berfungsi untuk menangkap noise untuk nantinya diredam dengan fitur Noise Cancellation, juga bisa difungsikan sebaliknya, justru meningkatkan volume noise di sekitar agar tidak kalah dari suara musik yang didengarkan.
Hasilnya, suara obrolan dengan orang di sebelah, akan lebih tinggi volumenya ketimbang kita melepas headphone. Dengan demikian, tanpa mengurangi rasa hormat, dengan tetap memakai headphone dan mendengarkan musik, kita tetap dapat berkomunikasi dengan baik juga tidak lagi ketinggalan pengumuman penting di bandara.
Di produk lain, fungsi ini bisa dipicu menggunakan gesture sederhana, semisal menutup semua bagian earcup dengan tangan. Di Freebuds studio, kita masih harus menekan satu tombol khusus, yakni tombol ANC, untuk merubah mode secara berurutan ke mode Awareness, off (normal) dan Noice Cancellation.
Fiturnya keren, tapi pendekatan interfacenya masih dirasa ketinggalan dari produk lain, yang mungkin sudah melakukan 4 kali percobaan membuat headphone semacam ini. Wajar dan untuk percobaan pertama, ini layak diacungi jempol.
Secara default kita bisa menikmati ketiga mode yang ditawarkan dengan baik. Tidak ada keluhan di sana. Saya menggunakan iPhone XR dan OPPO Find X2 Pro sebagai perwakilan dari ponsel iOS dan Android, tanpa melakukan setingan apapun sudah merasakan kualitas yang sempurna dari Huawei Freebuds Studio.
Tapi, untuk bisa merasakan fitur headphone ini dengan maksimal, ada baiknya kita menggunkan ponsel Huawei dengan EMUI 10 ke atas. Semisal Huawei P40 Pro yang kami gunakan. Melalui aplikasi Huawei AI Life, kita bisa mengatur bahkan ke frekuensi ANC secara manual sesuai dengan preferensi kita.
Dan yang ada hubungannya dengan Awareness mode, dengan AI Life sistem headphone juga bisa memisahkan suara manusia dengan suara bising di sekitar, lalu meningkatkannya agar terdengar dominan di headphone kita.
Sekedar informasi saat tulisan ini dibuat, Huawei AI Life versi Android Play Store Indonesia masih belum memiliki setingan untuk Freebuds Studio. Jadi meskipun menggunakan Find X2 Pro yang notabene Android, kita tetap tidak bisa mengkustom headphone ini dengan Aplikasi AI Life.
Pihak Huawei sendiri telah menjelaskan bahwa sistem ANC yang dibawa oleh FreeBuds Studio merupakan sistem ANC Dinamis yang pintar. Melalui sebuah sensor IMU dan mikropon omni 8 arah, sistem akan mengakali fitur ANC agar dapat menampilkan yang terbaik untuk penggunanya secara otomatis.
Sementara untuk mengontrol semua fungsi di atas, Freebuds Studio menawarkan tiga tombol dan satu area sentuh. Di mana tombol ANC diletakkan di cup sebelah kiri, tombol power dan Bluetooth di kanan dan area sentuh hanya di bagian kanan saja.
Dengan mengusap jari dari bawah ke atas atau sebaliknya untuk mengatur volume, atau kiri ke kanan dan sebaliknya untuk berpindah track atau lagu, ketuk dua kali untuk pause dan play, atau ketuk sekali untuk terima panggilan telepon, maka sudah lengkap semua kebutuhan kontrol bertelpon dan menikmati musik di headphone ini.
Oh iya, ngomong-ngomong untuk bertelepon, atau kebutuhan headphone untuk berkomunikasi, termasuk saat zoom meeting dan whatsapp call/video akan kita bahas di bagian berikutnya.
Tapi yang pasti, headphone ini mendukung koneksi ke dua perangkat sekaligus. Sebagai pengguna Jaybird X3, saya tahu betapa berharganya fitur ini.
Kualitas Audio
Membawa driver 40 mm di setiap cup untuk menghantarkan frekuensi dari 4Hz ke 48kHz, maka kita bisa berharap banyak kepada Huawei Freebuds Studio, terutama untuk urusan power dan staging-nya. Plus dengan sejumlah codec yang mumpuni baik untuk kebutuhan audio berdefinisi tinggi, atau kenyamanan bermain game dengan latency nan rendah, maka headphone ini akan lebih banyak memuaskan banyak orang.
Sayangnya, jika kita menggunakan Headphone ini dengan perangkat iOS dan Android selain Huawei EMUI 11 ke atas, maka hanya codec SBC dan AAC saja yang bisa kita manfaatkan. Dengan kata lain: standar untuk kebutuhan musik bekualitas tinggi.
Sementara codec L2HC hanya didukung oleh perangkat Huawei dengan EMUI 11 ke atas. Menawarkan suara beresolusi tinggi dengan kecepatan transfer hingga 960 kbps. Baik musik maupun game dapat ditampilkan dengan maksimal di sini.
Nah sekarang bagaimana sih kualitasnya untuk mendengarkan musik sehari-hari? Dengan 3 perangkat berbeda, Huawei P40 Pro, iPhone XR dan OPPO Find X2 Pro dan tiga aplikasi berbeda yang diinstal ke dalam 3 ponsel tersebut. Yakni Apple Music, Youtube Music dan Spotify. Kami mendengarkan beragam genre musik. Mulai dari akustik, hingga house music.
Secara garis besar, Freebuds Studio dapat memuaskan hampir semua kalangan. Dari bass head hingga audiophile. Karena headphone ini mampu menampilkan semua frekuensi dengan baik.
Setelah menggunakannya hampir seminggu, dan hampir nonstop, bisa dibilang headphone ini memanjakan penggila bass, tapi tidak membuatnya asal ngebas. Dengan setingan EQ di Flat (iPhone Apple Music), suara bass tetap hadir menyapa dengan porsi sedikit di atas rata-rata.
Tapi sekali lagi, tidak lebay dan tidak menghilangkan frekuensi lain. Kehadirannya cukup terasa. Separasi berjalan dengan baik, kanal kanan dan kiri terdefinisi dengan apik membuat kita berasa ada di depan panggung akustik.
Petikan gitar dan suara vokal juga terdengar jelas, rapi dan tidak saling tumpang tindih.
Berikutnya untuk bermain game. Dicoba untuk memainkan game PUBG Mobile di OPPO Find X2 Pro, headphone Huawei Freebuds Studio ini bisa bekerja dengan baik. Hampir tidak ada jeda yang terdengar. Suara mampu dikirimkan secara realtime, dengan separasi arah yang baik untuk game yang kompetitif.
Artinya, meskipun tidak menggunakan L2HC dan perangkat Huawei EMUI 11, Freebuds ini nyatanya bisa diandalkan untuk headphone gaming.
Terakhir, untuk bertelpon atau melakukan zoom meeting. Suara yang dikirimkan oleh mic kita ke lawan bicara akan hampir tanpa noise. Memberikan suara yang bulat, jernih dan enak didengar. Hal yang sama yang saya rasakan saat mencoba Sony WH-1000XM3 (versi sebelum XM4).
KESIMPULAN
Sebelum mereview Huawei Freebuds Studio, PULSA sudah mereview beberapa produk Freebuds lain, semisal Freebuds 3 dan Freebuds Pro. Jadi kurang lebih kami sudah tahu apa yang akan kami dapatkan saat berniat mereview Freebuds Studio. Paling hanya faktor bentuk yang membuat kami penasaran, akan seperti apa jadinya ketika Huawei mulai masuk ke pasar Headphone Bluetooth premium.
Tidak mengecewakan! Meskipun dilihat dari harga rilis yang cukup mahal mencapai 4,25 juta, dibayar lunas dengan kualitas audio dan kenyamanan yang ditawarkan. Jadi, jika Anda membutuhkan headphone Bluetooth di awal tahun, produk ini termasuk rekomendasi, tapi mungkin sambil menunggu harganya turun kali ya?
KELEBIHAN: Kualitas audio untuk musik dan game, Desain premium nyaman digunakan, Noise cancellation dinamis cocok untuk beragam kebutuhan sebagian besar pengguna, mode awareness yang sangat dibutuhkan.
KEKURANGAN: Membutuhkan ponsel Huawei terbaru untuk pengalaman maksimal, minim fitur kosmetik, tidak ada jack 3,5 mm (tidak bisa digunakan untuk main game konsol), tidak bisa dilipat.
Harga | Rp 4.299.000 |
Warna | Hitam |
Paket Penjualan | Headphone, Casing, Kabel USB Type C, Panduan, Kartu garansi |
Dimensi | 194 x 152 x 81.5 mm |
Berat | 260 gram |
Codec | SBC, AAC, L2HC |
Driver | 40 mm |
Konektivitas | Bluetooth 5.2 |
Baterai | 410 mAh |
Waktu Pemutaran | 20 Jam dengan 1 kali pengisian daya dan ANC diaktifkan |