tabloidpulsa.id – Dengan makin meningkatnya minat investor terhadap aset-aset kripto di Indonesia, Luno, platform perdagangan kripto global, berfokus untuk meningkatkan literasi dan edukasi seputar kripto dengan mengadakan riset bekerja sama dengan YouGov. Riset terkait tren perilaku investor serta persepsi terhadap aset kripto ini mencakup tujuh negara: Indonesia, Malaysia, Inggris, Australia, Afrika Selatan, Kenya, dan Nigeria, dengan total lebih dari 6.642 responden, dengan 1.003 orang berasal dari Indonesia.
Luno berinisiatif mengadakan riset global sebagai upaya untuk memahami perilaku dan persepsi masyarakat sehari-hari terkait pengaturan keuangan, termasuk mendalami bagaimana pemahaman dan tingkat adopsi mereka terhadap aset kripto. Di Indonesia sendiri, pertumbuhan investasi kripto terus mengukir sejarah tertinggi, terlebih sejak pemerintah mengakui kripto sebagai aset digital yang menjadi komoditas perdagangan. Menurut Kementrian Perdagangan, jumlah nilai transaksi kripto setiap harinya mencapai rata-rata Rp1,5 triliun.
Berdasarkan hasil survei Luno dan YouGov pada akhir Agustus 2021, ditemukan bahwa responden dari berbagai belahan dunia paling sering mencari nasihat keuangan untuk mengurus investasi mereka, terutama di negara-negara berkembang seperti Nigeria (66%), Indonesia (55%), dan Kenya (54%). Dari segi tabungan, 80% responden Nigeria mengaku menabung secara teratur, diikuti oleh Kenya (79%), Afrika Selatan (79%), Australia (67%), Malaysia (64%), dan posisi terakhir ditempati oleh Indonesia – dimana hanya 50% dari responden yang menabung secara teratur. Dari jumlah tersebut, sekitar satu dari lima (22%) responden Indonesia mengaku mengalokasikan tabungannya dalam bentuk kripto.
Selain itu, riset Luno dan YouGov juga mencatat bahwa 65% responden yang sudah mengenal kripto sudah pernah membeli aset ini dalam waktu dua tahun terakhir. Ini menunjukkan ketertarikan yang kian meningkat. Jumlah investor kripto tertinggi berada di Nigeria, dimana 57% responden mengaku telah membeli aset kripto selama 24 bulan terakhir; diikuti dengan Afrika Selatan (43%), Indonesia (29%), dan Kenya (28%). Di Indonesia, tingkat familiaritas responden terhadap kripto (30%) bahkan melebihi aset investasi yang lain, seperti obligasi negara (20%) dan pinjaman peer-to-peer (18%).
Umumnya, mayoritas investor (30%) hanya menyimpan 10% dari tabungan mereka dalam bentuk kripto. Tidak seperti stigma yang beredar di masyarakat, para investor kripto sangat berhati-hati dalam mengalokasikan aset, sehingga tidak semata-mata mengejar keuntungan. Sebaliknya, mereka hanya mengalokasikan sedikit proporsi aset dalam bentuk kripto, agar dapat menjaga level diversifikasi investasi.
Mayoritas investor kripto (56%) juga mengharapkan profit dari investasi kripto dalam jangka waktu 5 tahun kedepan. Selain itu, optimisme investor terhadap potensi pertumbuhan aset kripto juga cukup tinggi, dimana sekitar 58% meyakini bahwa nilai kripto akan meningkat dalam waktu 10 tahun ke depan. Ini berarti, masyarakat Indonesia memiliki kepercayaan bahwa aset kripto akan menjadi investasi jangka panjang – alih-alih sebagai alat penghasil keuntungan instan. Buktinya, hasil studi juga menunjukkan kalau para investor yang mengalokasikan pendapatannya punya di kripto rencana menabung demi masa pensiun (55%) dan sebagai warisan untuk anak-cucu mereka (45%).
Luno dan YouGov juga meneliti lebih jauh tentang tantangan yang menghalangi responden untuk berinvestasi dalam bentuk kripto. Hasilnya menunjukkan bahwa kurangnya edukasi atau pemahaman soal kripto menjadi tantangan terbesar di hampir semua negara. Antara 55-64% masyarakat dari tujuh negara yang disurvei mengaku alasan mereka tidak berinvestasi di aset kripto karena tidak memahami cara kerjanya. Karena itu, para responden Indonesia juga menyebutkan bahwa edukasi yang lebih baik akan menjadi faktor terpenting yang bisa meyakinkan mereka untuk berinvestasi pada aset kripto.
Hal ini sejalan dengan misi Luno untuk memudahkan masyarakat dan bisnis untuk membeli, menggunakan, menyimpan, dan yang paling penting mempelajari aset kripto, terutama di Indonesia yang baru-baru ini menjadi pasar kedua terbesar Luno semenjak meroketnya jumlah investor aset kripto. Pada awal tahun 2021, Luno Indonesia telah meluncurkan program edukasi bernama Luno Academy agar setiap orang bisa mempelajari tentang aset kripto dengan mudah, melalui website dan aplikasinya.
“Kami hendak menghapuskan stigma di masyarakat yang memandang bahwa investasi kripto rumit dan hanya bisa dilakukan bagi institusi atau yang sudah sangat berpengalaman. Untuk itu, strategi kami adalah dengan memperbanyak konten pendidikan yang simpel, mudah dipahami, dan gratis, baik di media sosial, acara virtual dan offline, serta aplikasi dan website Luno. Tujuannya agar bisa membantu investor baru agar bisa memahami fundamental investasi kripto hanya dalam waktu kurang dari satu jam,” kata Jay Jayawijayaningtiyas, Country Manager Luno Indonesia.
Luno memprioritaskan kemudahan penggunaan bagi siapa saja, terutama bagi para investor pemula (newcomer-friendly). Karena itu, platform ini menerapkan sistem jual beli instan yang simpel dan tanpa biaya tersembunyi, agar siapa pun bisa mulai berinvestasi dengan cepat tanpa harus menguasai teknik trading yang rumit. Aplikasi Luno juga hanya menerapkan biaya sebesar 0,75% untuk transaksi jual/beli instan. Luno Indonesia sendiri telah terdaftar secara resmi di BAPPEBTI (Badan Pengatur Perdagangan Berjangka Komoditi), sehingga pengguna tidak perlu khawatir akan legalitas perusahaan. Memasuki semester kedua tahun 2021, volume transaksi kripto di Luno Indonesia sudah menunjukkan pertumbuhan sebesar 22 kali sepanjang setahun terakhir. Secara global, Luno juga telah memiliki lebih dari 8 juta pelanggan, dan menjadi Top 6 platform perdagangan kripto terbaik di dunia versi CryptoCompare. Luno menjadi satu-satunya platform perdagangan kripto di Indonesia yang berhasil masuk ke ranking Top 50 dan mendapatkan skor Grade AA.